Pagi ini rumah sudah ribut bahkan sebelum matahari benar-benar naik.
Aku tahu ini akan jadi hari yang panjang begitu mendengar langkah kecil Abbasy berlari dari kamar sambil membawa mobil-mobilannya, disusul suara pintu dapur yang terbuka setengah.
“Ayam,” katanya singkat.
Bukan minta. Lebih seperti pernyataan.
Aku masih duduk di tepi kasur, berusaha mengumpulkan niat untuk berdiri. Di luar, suara motor Mas Jaya sudah terdengar. Dia memang selalu berangkat lebih pagi, tapi hari ini sempat balik lagi karena lupa bekal minum. Begitu lihat Abbasy mondar-mandir di dapur, Mas Jaya cuma senyum.
“Kayaknya hari ini dapur rame,” katanya sambil pakai sepatu.
Aku jawab pelan, setengah sadar, “Kayaknya iya.”
Kalau sudah begini, biasanya masak bukan lagi sekadar soal lapar. Ini lebih ke urusan menjaga suasana rumah tetap hangat dan anak tetap senang.
Dapur, Tepung, dan Anak Kecil yang Tidak Bisa Diam
Aku keluarkan ayam dari kulkas. Dinginnya masih terasa di tangan.
Abbasy berdiri di kursi kecilnya, mengawasi dengan serius, seolah sedang memastikan aku tidak salah langkah.
“Bun, jangan lupa kriuknya.”
Aku angguk.
Kriuk di rumah ini bukan pilihan. Itu kewajiban.
Saat aku mulai menyiapkan bumbu dan tepung, Abbasy mulai bosan. Dia memukul-mukul meja pakai sendok kayu. Aku biarkan sebentar, sampai akhirnya sendok itu jatuh dan suaranya cukup keras.
“Kita bikin ayam, bukan drum,” kataku.
Dia tertawa, lalu mendekat terlalu dekat saat aku mulai membalur ayam dengan tepung. Sedikit tepung naik ke hidungnya. Dia bersin. Tepung beterbangan. Dapur berubah putih sesaat.
Kami saling pandang.
Lalu tertawa.
Kadang dapur memang seperti itu. Tidak rapi, tapi hidup.
Kenapa Harus Ada Kremes
Ayam geprek tanpa kremes sebenarnya sudah cukup. Tapi di rumah ini, kremes selalu jadi pembeda. Teksturnya ringan, patah saat digigit, dan sering kali habis lebih dulu sebelum ayamnya.
Aku belajar satu hal setelah beberapa kali mencoba: kremes tidak suka terburu-buru. Minyak harus panas, adonan harus halus, dan tangan tidak boleh ragu.
Abbasy duduk di lantai dapur sekarang, menyusun mobil-mobilannya. Sesekali dia menengok.
“Bun, itu apa?”
“Kremes.”
“Oh.”
Jawaban singkat. Tapi aku tahu, nanti dia akan minta yang paling banyak.
Resep Ayam Geprek Kremes
Aku tuliskan di sini seperti biasa, supaya kalau suatu hari aku lupa takarannya, aku bisa buka lagi.
Bahan Ayam
500 gram ayam potong
1 sendok teh garam
½ sendok teh merica
2 siung bawang putih, halus
½ sendok teh kaldu bubuk
1 butir telur
Bahan Pelapis
10 sendok makan tepung terigu
5 sendok makan tepung beras
½ sendok teh garam
½ sendok teh kaldu bubuk
¼ sendok teh baking powder
Bahan Kremes
200 ml air kaldu ayam
4 sendok makan tepung tapioka
1 sendok makan tepung beras
Sejumput garam
½ sendok teh baking powder
Bahan Sambal
Cabai rawit merah secukupnya
Cabai merah keriting
2 siung bawang putih
Garam
Minyak panas
Cara Memasak, Pelan Tapi Jalan
Ayam aku campur dengan bumbu dan telur, lalu aku diamkan sebentar. Sementara itu, aku siapkan tepung pelapis. Campur, aduk, dan pastikan tidak ada gumpalan.
Aku balur ayam dengan tepung, celup sebentar ke air, lalu balur lagi. Bagian ini memang agak berantakan, tapi hasilnya selalu sepadan.
Minyak mulai panas. Saat ayam masuk, suara desisnya memenuhi dapur. Bau gurihnya langsung terasa. Ini biasanya momen ketika orang rumah mulai sering lewat dapur tanpa alasan jelas.
Untuk kremes, aku tuang adonan sedikit demi sedikit. Dia menyebar tipis, cepat kering, dan berubah warna. Aku angkat sebelum terlalu cokelat.
Sambal aku ulek terakhir. Cabai, bawang putih, garam. Minyak panas disiram perlahan. Aromanya langsung naik.
Waktu Geprek
Mas Jaya pulang lebih cepat siang itu. Begitu masuk rumah, dia berhenti sebentar di dapur.
“Ini bau yang aku tunggu dari pagi,” katanya.
Aku tidak jawab. Aku sedang fokus.
Ayam aku taruh di cobek. Sambal di atasnya. Aku tekan pelan. Tidak sampai hancur, tapi cukup untuk membuat sambal masuk ke sela-sela ayam. Kremes aku taburkan terakhir.
Abbasy naik ke kursinya. Matanya fokus ke piringnya sendiri.
Kami makan hampir tanpa bicara di lima menit pertama. Itu biasanya pertanda baik.
“Bun,” kata Abbasy akhirnya, “ini kriuknya bunyi.”
Aku senyum.
Cukup.
Catatan Kecil dari Dapur
Kalau kamu membuat ini di rumah, ada beberapa hal kecil yang biasanya membantu:
Api sedang membuat ayam matang merata.
Minyak yang benar-benar panas membuat kremes lebih ringan.
Kremes sebaiknya disimpan terpisah kalau tidak langsung dimakan.
Tidak rumit, tapi perlu sabar.
Penutup
Hari ini dapur memang berantakan. Ada tepung di lantai, ada ulekan yang lupa dicuci, dan ada satu panci yang masih terendam air.
Tapi perut kenyang, rumah tenang, dan Abbasy tertidur lebih cepat dari biasanya.
Kalau kamu juga masak hari ini, atau punya cerita seru di dapur rumahmu, tulis di kolom komentar ya.
Aku selalu senang membaca cerita-cerita kecil dari dapur orang lain.

Komentar
Posting Komentar